Menulis Puisi Ala Sapardi Djoko Damono, Simak 5 Wejangannya!

Siapa, sih yang tidak mengenal eyang Sapardi Djoko Damono? Dalam dunia kepenulisan khususnya puisi, eyang Sapardi adalah salah satu sastrawan Indonesia yang terkenal dengan puisi-puisi indahnya. Beberapa puisi yang paling terkenal adalah Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, dan Yang Fana Adalah Waktu.
Menulis Puisi Ala Sapardi Djoko Damono, Simak 5 Wejangannya!
Puisi-puisi karya eyang Sapardi seolah menjadi puisi yang tak lekang oleh waktu. Puisi-puisinya selalu memiliki tempat tersendiri di hati para pencinta syair-syair indah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya orang yang masih setia membaca setiap bait puisinya dan menjadikan beliau idola.
Tidak hanya sampai di situ, tidak sedikit juga penulis-penulis pemula maupun senior yang mengagumi diksi dalam setiap karya beliau. Salah satunya adalah Joko Pinurbo, beliau megakui bahwa puisi-puisi eyang Sapardi menggunakan permainan logika bahasa di dalam tiap puisinya yang terkenal dengan gaya bahasanya yang ringan. Berikut ini tips menulis puisi ala Sapardi Djoko Damono yang wejangannya wajib kamu simak:
1. Membuat Jarak
Dalam membuat puisi, kamu perlu membuat jarak antara emosional dan subjek yang akan kamu tulis. Eyang Sapardi menyebut proses ini sebagai jarak estetis. Ketika kamu sedang sedih, marah, atau bahkan jatuh cinta sebenarnya tidak disarankan untuk langsung menulis puisi detik itu juga.
Peran jarak disini agar perasaanmu sebagai pengarang bisa lebih terkontrol, sehingga dapat dituangkan dengan lebih baik. Selain itu, ketika kamu memberi jarak, kamu bisa mendapatkan sumber inspirasi selanjutnya.
2. Mendekatkan Sajak dengan Dunia Sekitar
Menurut eyang Sapardi, dalam proses penciptaan puisi seorang pengarang perlu dekat dengan dunia sekitarnya. Menurut beliau, membuat puisi bukan hanya tentang mengawang-awang imajinasi dan mencari arti. Namun, tentang merasakan serta menghayati dunia di sekitar pengarang.
3. Kesamaran Itu Unik
Eyang Sapardi mengungkapkan bahwa yang membuat sebuah puisi menarik adalah ketika makna dari puisi tersebut tidak langsung terbaca. Puisi yang menarik adalah puisi yang maknanya samar-samar, tetapi sederhana. Seperti yang kita ketahui bahwasannya eyang Sapardi sering menyatukan makna puisinya dengan alam sekitar menggunakan majas dan gaya bahasa konotatif untuk menciptakan keestetikan dalam karya-karyanya.
4. Tidak Terlena dengan Sajak Gelap
Permasalahan bagi seorang penyair adalah seringkali terlena bahkan tergelincir pada sajak-sajak dalam puisinya sendiri. Dalam hal ini, sajak gelap adalah sajak yang terlalu banyak mengandung majas, kata kiasan, dan lambang-lambang bersifat personal yang hanya bisa dipahami oleh pengarang saja.
Sajak-sajak semacam itu dapat menciptakan jarak antara penyair dengan pembaca, sehingga pembaca akan sulit untuk memahaminya, selain itu juga sajak gelap bisa membuat pembaca hilang kontak dengan puisi, dan pada akhirnya membuat karya tersebut hanya dibaca sekali habis.
5. Menghindari Plagiasi
Menulis puisi ala Sapardi selanjutnya adalah menghindari plagiasi. Hal yang selalu menjadi dosa besar bagi seorang penyair, pengarang, maupun penulis adalah melakukan plagiasi. Selain menjadi dosa besar, plagiat dapat membuat kreativitasmu sebagai pengarang terhenti.
Demi menghindari hal tersebut, sangat penting untuk membaca berbagai puisi dari berbagai penyair. Hal tersebut sebagai upaya untuk memperluas perbendaharaan kata-kata, agar kamu sebagai penyair bisa menemukan ciri khas dalam merangkai diksimu sendiri, sehingga kegiatan plagiat tidak mudah kamu lakukan.
Itu tadi beberapa wejangan dalam menulis puisi ala Sapardi Djoko Damono. Wejangan-wejangan tersebut tentu sangat bermanfaat bagi kamu yang ingin menciptakan puisi-puisi dengan diksi indah tetapi tetap sederhana seperti karya-karya eyang Sapardi.
Sebagai seorang sastrawan Indonesia, karya-karya puisi beliau akan selalu punya tempat tersendiri di hati para penikmat karya sastra. Walaupun raganya sudah tiada, tetapi karya-karyanya akan selalu abadi. Mari kita jaga bersama karya-karya beliau sebagai apresiasi tertinggi untuk eyang Sapardi Djoko Damono!
Tuliskan Komentar