Menulis Cerita Kearifan Lokal: Mengetahui Unsur dan Jenis di Dalamnya
Cerita kearifan lokal mengandung filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Pandangan hidup ini berhubungan erat dengan lingkungan dan alam tempat masyarakat tinggal. Nilai tersebut sudah mengakar dan menjadi kepercayaan selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Nilai di dalam cerita kearifan lokal tak hanya berlaku pada budaya tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa kearifan lokal bersifat lintas budaya dan membentuk nilai budaya nasional. Hal ini nampak ketika di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai untuk saling gotong royong, toleransi, dan etos kerja yang tinggi.
Menulis Cerita Kearifan Lokal: Mengetahui Unsur dan Jenis di Dalamnya
Kearifan lokal diwariskan oleh para orang tua dari generasi sebelumnya kepada anak dan cucu mereka. Sifatnya melekat dan sulit dipisahkan dari masyarakat. Artikel ini membahas unsur dan jenis di dalam cerita kearifan lokal yang dapat membantu dalam proses penulisan.
Unsur Kearifan Lokal
Menulis cerita kearifan lokal membutuhkan pemahaman terkait unsur-unsur yang berada di dalamnya. Unsur tersebut mulai dari pengetahuan lokal hingga hukum lokal. Berikut penjelasan terkait lima unsur tersebut.
1. Pengetahuan lokal
Unsur pertama adalah pengetahuan lokal. Setiap masyarakat memiliki pengetahuan lokal terkait lingkungan tempat tinggalnya. Pengetahuan ini meliputi siklus dan iklim beserta perubahannya, jenis tumbuhan dan tanaman, kondisi geografis, demografis, serta sosiografis.
Selain itu, pengetahuan-pengetahuan lokal juga berhubungan erat dengan praktik budaya, sistem nilai, dan keterampilan tradisional. Seluruh pengetahuan-pengetahuan lokal tersebut relevan dengan kehidupan yang masyarakat jalani.
2. Etika dan nilai lokal
Etika dan nilai lokal merupakan landasan dalam berperilaku dan berhubungan sosial di dalam masyarakat. Nilai ini mencakup gotong royong, saling menghormati, ketulusan, keadilan, dan kebijaksanaan dalam berinteraksi dengan alam, diri sendiri, dan makhluk hidup lainnya.
Etika dan nilai-nilai lokal tersebut telah disepakati dan dilaksanakan oleh masyarakat. Tujuannya untuk mencapai kepentingan bersama, yakni hidup yang harmonis dengan lingkungan dan sesama makhluk hidup.
3. Keterampilan lokal dan kebijaksanaan dalam mengelola sumber daya alam
Unsur ketiga adalah cerita yang kerap kali menggambarkan kemampuan masyarakat dalam melakukan pengelolaan. Baik pengelolaan terhadap lingkungan alam maupun sosial. Keterampilan lokal yang dimiliki masyarakat berhubungan dengan kondisi geografis tempat mereka tinggal.
Sementara kebijaksanaan nampak karena berhubungan dengan pemahaman tentang ekosistem lokal, pengelolaan sumber daya alam, dan praktik berkelanjutan yang memastikan keseimbangan manusia dan alam. Nilai-nilai seperti merawat dan mengambil sesuai kebutuhan mencerminkan kebijaksanaan dalam mengelola lingkungan.
4. Ritual dan upacara sebagai wujud kepercayaan lokal
Praktik ritual dan upacara memiliki makna dan nilai sakral bagi masyarakat. Ritual dan upacara berhubungan dengan kehidupan religius, perubahan musim atau momen penting yang terjadi di dalam siklus kehidupan masyarakat.
Ritual dan upacara ini merupakan wujud dari kepercayaan yang berlaku di dalam masyarakat. Sementara kepercayaan lokal berkaitan erat dengan pemahaman spiritualitas yang berada di dalam masyarakat.
5. Hukum lokal yang mengatur sistem organisasi sosial
Dalam prosesnya hukum lokal telah disepakati oleh masyarakat. Hukum lokal mengatur sistem organisasi sosial di dalam masyarakat, seperti hubungan antar individu maupun kelompok. Sistem organisasi sosial mencakup struktur sosial, peran, tanggung jawab, mekanisme penyelesaian konflik, dan pengambilan keputusan.
Jenis Kearifan Lokal
Menulis cerita kearifan lokal tak hanya mencakup pemahaman terkait unsur-unsurnya, tetapi juga jenis di dalamnya yang semakin membantu dalam proses penulisan. Berikut pembahasan terkait dua jenis tersebut.
1. Kearifan lokal berwujud nyata (tangible)
Sesuai dengan namanya, kearifan lokal berwujud nyata dapat dilihat dan disentuh wujudnya. Bentuknya dapat berupa tekstual, seperti sistem nilai, aturan, dan tata cara tertentu. Bentuk selanjutnya berupa berbagai jenis rumah adat di Indonesia.
Bentuk lainnya berupa cagar budaya, alat kesenian tradisional, senjata tradisional hingga kain tradisional. Memasukkan kearifan lokal berwujud nyata menambah suasana cerita. Misalnya terdapat sekelompok anak yang berangkat ke sekolah bersama-sama karena mereka tinggal di Lamin, salah satu rumah adat di Kalimantan Timur.
2. Kearifan lokal tidak berwujud (intangible)
Meskipun tak dapat dilihat secara nyata, kearifan lokal jenis ini dapat didengar karena disampaikan secara lisan dan turun-temurun. Bentuk kearifan lokal ini adalah nasihat, nyanyian, pantun, serta cerita yang mengandung pembelajaran kehidupan.
Contohnya lagu daerah di Indonesia, seperti “Anak Kambing Saya” dari Nusa Tenggara Timur dan “Kicir-Kicir” dari masyarakat Betawi. Lagu “Anak Kambing Saya” bermakna seorang anak yang harus meninggalkan orang tuanya di kampung halaman karena berjuang di tanah rantau.
Sementara “Kicir-Kicir” menggambarkan ciri khas suku Betawi, yakni kemampuan berbalas pantun. Lagu “Kicir-Kicir” juga bermakna untuk menghibur hati yang berduka, mengingatkan untuk rajin bekerja, dan menjadi manusia yang berguna.
Menulis cerita kearifan lokal adalah upaya melestarikan kekayaan yang dimiliki Indonesia. Dalam bahasa Inggris, kearifan lokal disebut dengan kebijaksanaan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge), atau kecerdasan setempat (local genius).
Dengan menulis cerita kearifan lokal, maka sejarah Indonesia pun tercatat. Di masa mendatang, catatan ini akan menjadi pengingat perjalanan Indonesia sebagai suatu bangsa.
Tuliskan Komentar