Skala Pengukuran Data dalam Penelitian: Pengertian, Jenis, Contoh hingga Tips

Saat kamu mulai menyusun skripsi atau mengikuti program penelitian seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), ada banyak konsep penting yang harus kamu pahami. Salah satunya adalah tentang skala pengukuran data. Mungkin istilah ini terdengar cukup teknis, tapi percayalah, konsep ini sangat membantu kamu dalam menyusun penelitian yang rapi dan hasil analisis yang akurat.
Skala pengukuran data digunakan untuk menentukan bagaimana data yang kamu kumpulkan nanti bisa diklasifikasikan, diukur, dan dianalisis. Tanpa pemahaman terkait skala pengukuran data, kamu bisa saja salah pilih uji statistik atau keliru saat membaca hasil penelitian. Tentunya akan menghambat proses penelitianmu, bukan?
Skala Pengukuran Data dalam Penelitian: Pengertian, Jenis, Contoh hingga Tips
Maka dari itu, untuk kamu yang sedang sibuk menyiapkan skripsi atau proposal PKM, artikel ini akan sangat membantumu terkait dengan skala pengukuran data. Sebab, kami akan membahasnya secara lengkap mulai dari pengertian, jenis-jenisnya, contoh sampai tips memilih skala yang pas untuk penelitianmu. Yuk, menyimak uraian lengkapnya di bawah ini!
Pengertian Skala Pengukuran Data dalam Penelitian
Secara sederhana, skala pengukuran data adalah cara untuk mengklasifikasikan dan mengukur data yang dikumpulkan dalam penelitian. Skala ini menentukan bagaimana data bisa diolah, dianalisis, dan ditafsirkan.
Kenapa ini penting? Karena skala pengukuran yang kamu pilih akan menentukan jenis uji statistik yang sesuai, bagaimana data dipresentasikan, sampai bagaimana hasilnya nanti bisa diinterpretasikan.
Maka dari itulah, memahami konsep ini adalah langkah awal agar penelitianmu punya landasan analisis yang kuat. Jadi, mari simak penjelasan berikutnya sampai tuntas, ya!
Jenis-Jenis Skala Pengukuran Data dalam Penelitian
Sekarang, kita akan membahas jenis-jenis skala pengukuran data dalam penelitian. Yang mana secara umum, ada empat jenis skala pengukuran data yang sering digunakan dalam penelitian. Apa, sajakah itu? Berikut ini ialah uraian lengkapnya:
1. Skala Nominal
Skala nominal adalah skala yang berfungsi untuk mengelompokkan data ke dalam kategori tertentu tanpa memperhatikan urutan atau tingkatan antar kategori. Data yang dikategorikan menggunakan skala ini tidak memiliki nilai lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan satu sama lain.
Nah, skala ini digunakan ketika kamu hanya ingin membedakan karakteristik suatu objek atau individu ke dalam kelompok yang berbeda. Skala pengukuran data ini cocok digunakan untuk variabel yang bersifat deskriptif dan kualitatif. Untuk contohnya dapat kamu lihat di bawah ini:
- Jenis kelamin: laki-laki, perempuan
- Program studi: Teknik, Ekonomi, Sastra
- Status mahasiswa: aktif, cuti, alumni
- Status: menikah, belum menikah, duda, janda
Dari contoh yang ada dapat kamu lihat ya, data pada skala nominal bersifat diskrit dan saling terpisah. Tidak ada kategori yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Analisis yang bisa dilakukan biasanya berupa frekuensi, persentase, dan mode (nilai yang paling sering muncul). Misalnya, kamu bisa menghitung berapa banyak mahasiswa aktif di angkatan 2024.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal mengklasifikasikan data ke dalam kategori yang memiliki tingkatan atau urutan tertentu. Meski berurutan, jarak antar kategori belum tentu sama dan tidak bisa diukur secara pasti.
Jenis skala pengukuran data ini digunakan ketika kamu ingin menyusun data dari yang paling rendah ke paling tinggi, atau sebaliknya. Nah, jenis skala pengukuran ini cocok digunakan untuk mengukur preferensi, kepuasan, atau peringkat. Untuk contohnya dapat kamu lihat di bawah ini:
- Tingkat kepuasan: sangat puas, puas, cukup, kurang, tidak puas
- Peringkat lomba: juara 1, juara 2, juara 3
- Tingkat pendidikan: SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi
- Skor kepuasan dalam bintang: Bintang 1, Bintang 2, Bintang 3, Bintang 4 dan Bintang 5.
3. Skala Interval
Skala interval tidak hanya memiliki urutan, tapi juga jarak antar data yang sama. Namun, skala ini belum memiliki titik nol mutlak, artinya nol di sini tidak berarti ‘tidak ada’.
Okay, supaya kamu makin paham akan kami berikan contoh makna dari “nol di sini tidak berarti ‘tidak ada’ “ ya, suhu 0°C itu bukan berarti tidak ada alias tidak bernilai bukan? Melainkan 0°C merupakan titik referensi yang telah disepakati.
Nah selanjutnya kita akan membahas fungsinya. Fungsi dari skala interval ini memungkinkan kamu untuk mengetahui perbedaan antar data secara konsisten. Dengan begitu, kamu bisa menghitung selisih antar nilai dengan akurat. Untuk contohnya sendiri berikut ini ialah daftarnya:
- Suhu dalam derajat Celsius: perbedaan antara 10°C dan 20°C sama dengan perbedaan antara 20°C dan 30°C.
- Nilai ujian: 40, 60, 80, 90, di mana jarak antar nilai konsisten.
Dari beberapa contoh di atas dapat kita lihat ya, bahwa selisih antar data bisa dihitung, tapi belum bisa dilakukan perbandingan rasio. Misalnya, suhu 20°C tidak bisa dikatakan dua kali lebih panas dari 10°C. Nah, untuk analisisnya sendiri untuk jenis data interval yaitu bisa menggunakan nilai rata-rata, deviasi standar, dan korelasi.
4. Skala Rasio
Skala rasio memiliki seluruh ciri skala sebelumnya, ditambah adanya titik nol mutlak. Artinya, nilai nol menunjukkan ketiadaan sesuatu.
Dengan demikian memungkinkan semua operasi matematika lengkap seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Lalu, data yang menggunakan skala ini bisa dibandingkan secara proporsional. Nah, untuk contohnya antara lain yaitu:
- Berat badan dalam kilogram
- Tinggi badan dalam sentimeter
- Jumlah pengeluaran dalam rupiah
- Jumlah jam belajar per hari
Pentingnya Memahami Skala Pengukuran Data
Mengapa sih, kita sebagai mahasiswa terutama yang akan melakukan penelitian penting untuk memahami skala pengukuran data? Nah, jawabannya bisa kamu lihat di uraian berikut ini:
1. Agar bisa menentukan metode analisis data yang tepat
Setiap skala pengukuran data memiliki jenis analisis statistik yang berbeda. Jika kamu asal pilih uji statistik tanpa paham skala datanya, hasil analisis bisa keliru. Misalnya, data skala nominal sebaiknya dianalisis dengan uji frekuensi atau chi-square, bukan uji rata-rata.
2. Untuk memudahkan proses penyusunan instrumen penelitian
Saat kamu membuat kuesioner atau lembar observasi, jenis skala pengukuran data menentukan bagaimana pertanyaan dan opsi jawaban disusun. Dengan pemahaman yang baik, kamu bisa menyusun instrumen yang sesuai dan mudah dianalisis.
3. Untuk menghindari kesalahan dalam menyajikan dan menginterpretasi hasil penelitian
Kesalahan interpretasi sering terjadi karena salah menentukan skala data. Misalnya, memperlakukan data ordinal seolah-olah interval. Akibatnya, hasil analisis bisa menyesatkan. Dengan pemahaman yang benar, kamu bisa menghindari kesalahan ini.
4. Meningkatkan kualitas penelitian dan kepercayaan diri saat presentasi
Ketika kamu paham skala pengukuran data, kamu bisa lebih percaya diri saat sidang skripsi atau presentasi PKM. Sebab, kamu bisa menjelaskan alasan kenapa memilih skala tertentu dan metode analisis yang sesuai. Hal ini juga membuat penelitianmu lebih sistematis dan bisa dipertanggungjawabkan.
Tips Menentukan Skala Pengukuran Data yang Tepat
Sekarang kita akan membahas terkait dengan tips menentukan skala pengukuran yang tepat. Harapannya setelah menerapkan beberapa tips di bawah ini prosesmu dalam menganalisis data penelitian jadi lebih lancar. Yuk, simak beberapa tips berikut ini:
- Pertama pahami dulu jenis variabel yang kamu teliti, apakah bersifat kategorikal, berurutan, berselisih tetap, atau bisa dihitung proporsional.
- Sesuaikan skala dengan tujuan penelitian dan jenis data yang kamu kumpulkan.
- Diskusikan bersama dosen pembimbing atau rekan sesama peneliti kalau masih ragu.
- Lihat referensi penelitian sebelumnya di bidang yang sama sebagai panduan.
Demikianlah penjelasan lengkap tentang skala pengukuran data dalam penelitian. Mulai dari skala nominal, ordinal, interval, sampai rasio, masing-masing punya fungsi dan karakteristiknya sendiri.
Semoga uraian di atas bisa memberikan wawasan awal terkait analisis data penelitian yang akan kamu lakukan, ya. Tetap semangat dalam prosesmu menulis skripsi, menyusun dan membuat laporan PKM, ya!
Tuliskan Komentar