5 Rekomendasi Novel Sejarah Indonesia, Berikut Daftarnya!
Novel sejarah dikategorikan sebagai novel ulang. Berdasarkan jenisnya, novel ulang terdiri dari tiga jenis, yakni rekon pribadi, rekon faktual, dan rekon imajinatif. Novel sejarah adalah jenis novel dengan rekon imajinatif, yakni novel dengan kisah faktual yang dikembangkan dan diceritakan secara lebih rinci.
Novel sejarah didasarkan pada fakta-fakta sejarah yang kemudian dikisahkan kembali dengan sudut pandang lain yang tak muncul dalam fakta sejarah. Hal ini seperti kegemaran, emosi, dan keluarga dari sang tokoh. Sehingga pembaca harus cermat dalam menemukan tokoh sejarah yang diceritakan, karakter yang digambarkan, serta kejadian di dalam novel sejarah.
5 Rekomendasi Novel Sejarah Indonesia, Berikut Daftarnya!
Novel sejarah berbeda dengan teks sejarah. Teks sejarah dituntut harus sesuai dengan rangkaian peristiwa sesungguhnya, sedangkan novel sejarah terdapat faktor perekayasaan penulis dan sesekali terdapat relevansi dengan situasi sejarah. Berikut 5 rekomendasi novel sejarah yang dapat masuk ke dalam daftar bacaan.
1. Dari dalam Kubur Karya Soe Tjen Marching
Novel sejarah pertama adalah Dari dalam Kubur yang terbit pada tahun 2020. Novel sejarah ini berangkat dari karya akademik yang lebih dulu dikerjakan oleh sang penulis, Soe Tjen Marching, dan diterbitkan oleh Amsterdam University Press. Dari dalam Kubur berasal dari wawancara yang dilakukan penulis selama setahun.
Karya ini dibuka lewat tokoh Karla yang bingung melihat perilaku orang-orang dewasa di sekitarnya setelah peristiwa 1965. Bertahun-tahun setelahnya, satu per satu rahasia mulai terbuka. Ternyata ini bukan hanya sejarah keluarga Karla, melainkan rahasia banyak manusia lainnya.
Soe Tjen Marching adalah seorang Indonesianis, penulis, dan akademisi. Ia juga dosen senior dalam bidang Bahasa dan Kebudayaan di SOAS University of London. Ia memperoleh gelar Ph.D. dari Monash University, Australia dengan beasiswa penuh.
2. Orang-Orang Oetimu Karya Felix K. Nesi
Novel sejarah Indonesia selanjutnya adalah Orang-Orang Oetimu yang terbit pada Juli 2019. Sebelum diterbitkan oleh Marjin Kiri, naskah Orang-Orang Oetimu memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2018 sebagai juara pertama. Orang-Orang Oetimu berkisah tentang kehidupan sosial masyarakat di wilayah kecil bernama Oetimu, Nusa Tenggara Timur, pada tahun 1990an.
Naskah Orang-Orang Oetimu memiliki perbendaharaan kata yang kaya. Di dalamnya terdapat bahasa Tetun, didasari penggalian tradisi Timor Leste serta cerita rakyat dan sejarah lokal Nusa Tenggara Timur. Riwayat hidup setiap tokoh disampaikan dengan baik dan menyentuh berbagai peristiwa sejarah di Indonesia bahkan dunia.
Felix K. Nesi adalah sastrawan asal Nesam, Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2022 ia tercatat mengikuti program menulis internasional yang digelar oleh Universitas IOWA, Amerika Serikat. IOWA International Writing Program (IWP) adalah salah satu kursus menulis kreatif bagi penulis di seluruh dunia yang berlangsung selama tiga bulan.
Setiap tahunnya program ini dibuka dan hanya segelintir penulis yang dapat lolos seleksinya. Felix K. Nesi bertemu dengan 15 penulis dari seluruh dunia dan berbagi hal-hal yang ingin mereka tuliskan selama program tersebut berlangsung.
3. Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari
Daftar novel sejarah berikutnya adalah Orang-Orang Proyek yang pertama kali terbit tahun 2002. Tokoh utamanya adalah Kabul, seorang insinyur muda yang bekerja sebagai pelaksana proyek jembatan pada masa Orde Baru. Latar waktu novel ini adalah tahun 1991 dan menjelang pemilu 1992.
Kabul dihadapkan pada realitas bahwa proyek jembatan tersebut memiliki standar yang rendah dan tidak akan awet untuk waktu yang lama. Hal ini dikarenakan biaya pembangunan kian ditekan demi kepentingan pribadi. Novel sejarah ini memberikan berbagai pesan bagi pembaca, seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, hak, dan keadilan.
Ahmad Tohari adalah sastrawan dan budayawan Indonesia yang lahir di Banyumas, Jawa Tengah pada 1948 silam. Karyanya telah malang melintang di dunia kepenulisan dan memenangkan berbagai penghargaan di tingkat nasional maupun internasional. Aktivitas di dunia tulis-menulis turut menghantar dirinya mengikuti IOWA International Writing Program (IWP) pada tahun 1990.
4. Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan
Novel sejarah Cantik Itu Luka terbit pada tahun 2002 dan mengangkat empat latar. Mulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, masa kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan. Tidak ada tokoh sentral dalam novel ini, alurnya maju mundur, dan menyajikan berbagai konflik yang kompleks.
Novel sejarah ini mengisahkan seorang perempuan cantik bernama Dewi Ayu. Sayangnya, kecantikan tersebut justru membawa petaka bagi dirinya. Dewi Ayu menanggung hal tersebut dengan melahirkan empat anak perempuan tanpa diketahui pasti siapa ayahnya.
Karya ini merupakan novel pertama yang Eka Kurniawan tulis dan berhasil meraih penghargaan World Readers tahun 2016 dan Prince Clause Awards 2018. Cantik Itu Luka juga menjadi buku terlaris dan diterjemahkan ke 34 bahasa, termasuk bahasa Inggris, Jepang, Perancis, Denmark, Yunani, Korea, dan Tiongkok. Karya ini juga masuk ke dalam daftar 100 buku terkemuka versi The New York Times.
Eka Kurniawan semakin menekuni dunia menulis ketika menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia menyusun skripsi berjudul Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis guna meraih gelar Sarjana Filsafat. Skripsi tersebut kemudian dibukukan oleh Yayasan Aksara Indonesia tahun 1999. Hal ini membuatnya kerap disebut sebagai The Next Pramoedya Ananta Toer.
5. Burung-Burung Manyar Karya Y. B. Mangunwijaya
Novel sejarah terakhir adalah Burung-Burung Manyar yang terbit pertama kali pada tahun 1981. Novel ini berlatar Indonesia tahun 1934-1978. Dimulai sejak penjajahan Belanda dan Jepang serta masa kemerdekaan hingga Orde Baru.
Sejarah diceritakan melalui dua kisah cinta sepasang kekasih, yakni Larasati yang mendukung kemerdekaan Indonesia dan Satadewa atau Teto, orang Indonesia yang bekerja di angkatan perang Belanda. Di akhir novel, jiwa nasionalis Teto bangkit, ia membongkar kecurangan yang merugikan Indonesia di tempatnya bekerja.
Novel sejarah Burung-Burung Manyar telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Mulai dari bahasa Jepang dengan judul Arashi no Naka no Manyaru (1987), bahasa Belanda berjudul Het boek van de Wevervogel (1987), dan bahasa Inggris, The Weavebirds (1989).
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau kerap dipanggil Romo Mangun adalah seorang rohaniwan Katolik, budayawan, arsitek, dan penulis. Romo Mangun mengenyam pendidikan di jurusan Arsitektur ITB hingga tahun 1960. Ia melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Teknik Rhein, Westfalen, Aachen, Jerman, tahun 1960-1966 dan menjadi dosen jurusan Arsitektur di UGM hingga tahun 1980.
Usai berhenti menjadi dosen, Romo Mangun meminta izin Uskup untuk hidup, berkarya, dan membangun perkampungan di bantaran Kali Code, Yogyakarta hingga tahun 1986. Hingga akhir hayatnya, Romo Mangun menghimpun dan mengayomi anak-anak jalanan di sepanjang Kali Code, Yogyakarta. Semua pengabdiannya kepada rakyat kecil membuat Romo Mangun dikenal sebagai Romo bagi kaum marginal.
Novel sejarah Indonesia adalah salah satu media yang dapat membantu proses belajar sejarah. Masih banyak novel dengan cerita besar yang ditulis dengan cemerlang dan belum masuk dalam daftar ini. Daftar novel di atas diharapkan dapat menjadi pengantar untuk semakin mendalami sejarah Indonesia.
Tuliskan Komentar